PETRUK DADI RATU
PETRUK DADI RATU
Karya : M. Ali Burhan
Aktor/aktris
- Dalang : D
- Petruk/Prabu Belgeduelbeh : P / P B
- Gareng : G
- Srikandi : S
- Prabu Puntodewa : P P
- Bima (werkudara) : B
- Prabu Jaya setika : P J
- Dewi Widyaningrum : D W
- Dayang Jemunak : D J
- Patih Mandana Sraya : P M
* *
* * *
BABAK I
Adegan
I
Panggung dalam keadaan sepi, dengan
setting alat musik tertata dengan peti/level/kursi untuk sang dalangdan para
nayaga, musik mulai mengalun, sang dalang mulai membuka pementasan.
1. D :
“Ini cerita dari negara pewayangan, kisah pemberontakan kelas social yang
terwakili oleh Petruk, inilah ceritanya”, (Musik
mengalun santai beberapa saat, kemudian Prabu Jayasetika, dan Patih
Mandanasraya sambil menari, masuk ke panggung (paseban agung Kerajaan
Nglojitotengoro, dengan nama keratonnya, Nggrancangkencono) ketika musik
berhenti, P M dan P J masih trus menari, dalang segera menghentikan aksi itu).
2. D : “Stop, stop mas!!! Kalian ini
bagaimana sich, masak nari terus? Kalau musik berhenti, kalian juga harus berhenti”.
3. PtM&PJ :
“OO ooo berhenti?”
4. D : “Iya, berhenti, jadi kalian
berdua harus mengikuti musik.(p & Pr
P mengangguk tanda mengerti).” Oke”. Para
nayaga siap? Musiiiik…. Mulai!”(PJ&PtM
menari mengikuti musik yang mengalun, ketika musik selesai, PJ&PtM ikut
berhenti, dan mematung.)
5. D : “Cut…cut…, berhenti stop…..
aduuuuh, castingnya ini gimana sich?, milih artis kok guoblok-guoblok,
6. PJ : “Lho, ada apa to kidalang ini?
Kami kan
sudah mengikuti petunjuk ki dalang,
7. D : “Ngomong dong, ngomong. Kalian
kan main
wayang, jadi harus ngomong.
8. PtM&PJ :
“ooooo…, ngomong,”
9. D : (dengan jengkel dan pusing) “Oke? Para
nayaga siap? Musiiiik, aksennn….”(PJ&PtM
menari dengan nikmatnya, ketika musik berhenti, PJ&PtM ikut berhenti
berjoget, namun PtM&PJ, malah ngomong sendiri-sendiri,) cut…cut…cut…,
10. Pt M :
“Lhoooo, ada apa lagi ki dalang? “
11. D : “Dasar wayang edan, ngomongnya dialog
dong, dialog, bukan ngomong sendiri-sendiri”
12. PJ&PtM :
“Ooooo, ya, ya, ya…., (mengangguk tanda
mengerti.)
13. D : “Oke, semua siap? Eksyennn?....”
(menari mengikuti musik, kemudian musik
berhenti)
15. P J :
“Paman Patih Mandana sraya,
16. Pt M :
“Hamba Gusti,”
17. P J :
“Panggilkan Permaisuriku, Dewi Widyaningrum kemari”.
18. Pt M :
“Baik Gusti”. (pergi meninggalkan Paseban
)
19. P J : “Jadi raja memang enak, tidak usah
memikirkan rakyat, tapi malah sebaliknya, dipikirkan oleh rakyat, fasilitas
serba luks, apapun yang aku inginkan tinggal bilang, sudah ada yang melayani…”.
Adegan
2
Dewi Wiudaningrum dikuti seorang
dayang dan Pat M memasuki Paseban.
20. D W : “Ada
apa Kakang Prabu? Kok kakang Prabu memanggil saya di paseban ini?”.
21. P J : “Begini Nimas, sekarangkan sudah
zaman globalisasi, jadi penyetaraan gender, harus diperjuangkan, pemberdayaan
wanita harus di utamakan”.
22. D W : “Saya setuju dengan pendapat Kakang
Prabu, Kita harus mewujudkan citi-cita R.A. Kartini”.
23. PJ : “Dalam rangka itulah, saya
memanggil Nimas untuk ikut memimpin negeri ini”.
24. D W : “Segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan, harus di hapuskan di negeri ini,
25. Pt M : “Ampun Gusti Prabu, bagaimana kalau
pertemuan da paseban ini segera di mulai?”
26. P J : “ Baik Paman Pt M, Bagaimana tugas
yang aku bebankan kepada Paman untuk menangani masalah dalam negri?
27. Pt M : “Ampun Gusti, Hamba telah berusaha
dengan seluruh jiwa dan raga hamba untuk melaksanakan tugas yang Gusti Prabu
bebankan kepada hamba.
28. D W : “Tidak usah berbelit-belit paman
patih, sebaiknya paman patih melaporkan tugas-tugas yang paman patih emban”
29. P J :
“ya, benar apa yang dikatakan Nimas Ratu dewi widaningrum”.
30. Pt M : “Ampun Gusti Prabu, Hamba telah
berhasil membersihkan kota
raja dari para gelandangan, pemulung, pengamen, dan bahkan para tukang becakpun
telah berhasil hamba bersihkan. Sementara itu, perluasan keraton Ngrancang
kencono telah berhasil hamba laksanakan. Meskipun ada sedikit hambatan”
31. P J :
“Apa itu Paman Patih?”
32. Pt M : “Ampun Gusti, Hambatan tersebut
adalah perlawanan para penduduk setempat yang rumahnya tergusur Gusti, tetapi
itu sudah hamba tanggulangi dengan tuntas Gusti”
34. P J :
“Bagus Paman Patih, terus bagaimana dengan urusan luar negeri?”
35. Pt M :
“Ampun Gusti, kalau urusan luar negeri masih seperti biasa gusti,
36. D W :
“Seperti biasa bagaimana paman patih?”
37. Pt M : “Ampun Gusti, Gusti prabu kan tahu
sendiri, negara Nglojitotengoro ini, adalah negara berkembang, jadi harus
tunduk dan patuh kepada negara-negara maju, karena kalau kita bertingkah sedikit
saja, nanti yang kita dapatkan hanyalah embargo gusti, kan embargo senjata baru
saja dicabut kemarin, jadi hal itu jangan sampai terulang gusti,”
38. P J ;”Benar, engkau benar Paman Patih,
lagi pula bantuan dana dari mereka sangat kita butuhkan.”
Adegan 3
Suara musik mengeras mengalun
menyambut kedatangan Petruk. Petruk Masuk panggung dengan tingkahnya yang
urakan dan seenaknya.
39. Pt M : “Siapakah engkau yang berani lancang
memasuki paseban dengan menerobos para penjaga?”
40. P : “He…he…he…, tentang siapa aku,
itu tidaklah penting, yang penting sekarang adalah aku bisa mendapatkan apa
yang aku inginkan”
41. P J : “Wahai rakyatku? Apa gerangan yang
engkau inginkan? Mungkin aku sebagai rajamu dapat mengabulkannya.”
42. P : “Sudah, tidak usah berbasa
basi, kedatanganku kemari hendak meminta tahta kerajaaan Nglojitotengoro”.
43. Semua :
“Ha…ha…ha…, “
44. Pt M :
“Dia meminta tahta Gusti, ha…ha…ha…(semua
tertawa mencibir)
45. P : “Wahai Prabu Jayasetiko,
sebaiknya engkau berikan tahtamu secara sukarela, agar tidak terjadi
pretumpahan darah di Paseban ini,”
46. Pt M : “Lancang benar engkau kisanak, aku
akan memenggal kepalamu sebelum engkau menarik nafasmu yang ketiga”.(musik mengalun keras)
47. P : “Tidak usah banyak bicara, aku
layani tantanganmu”. (P & Pt M
bertarung, namun beberapa saat kemudian P mencabut sebuah senjata dari
pinggangnya. )
48. Pt M : “Aduh…, ada apa ini? Kenapa semua
kesaktianku tiba-tiba lenyap?” (seketika
itu juga tubuh Pt M lemas dan tersungkur.)
49. Pr J : “Sebelum engkau ambil tahtaku,
langkahi dulu mayatku, Hiaaaat…., (Pr M
langsung menyerang P, namun belum sampai itu dilakukan, tiba-tiba tubuh P M
lemas dan jatuh tersungkur) “Aduuuh, ampun, ampun”.
50. P : “Bagaimana Pr J? kau berikan
kerajaan ini kepadaku, atau aku musnahkan dirimu beserta seluruh kerajaan ini?”
51. Pr J : “Baiklah, baik, kau boleh mengambil
kerajaan ini, tapi sebelumnya, kau kembalikan kekuatan kami dulu.”
52. P : “Naaah, gitu dong, kalau saja
dari tadi kamu menyerah dengan sukarela, pasti hal ini tidak akan terjadi”. (membaca mantra) “prut jengkalitut tak
jetat jetut ” (3 X).
53. Pr J : “Hiaaaaat….,” (setelah kesaktiannya pulih, tiba-tiba Pr J menyerang P).
54. P : “Ait…, “(P langsung mengeluarkan senjatanya)
55. Pr J : “Ampun, ampun, ampun ki sanak, aku
mnyerah, aku tidah akan berani melawanmu lagi,”
56. P : “Kamu jangan macem-macem,
sekali saja kamu berhianat, kamu tahu sendiri akibatnya”,
57. Pr J : “Ampun, karena kisanak mampu
mengalahkan kami, maka sekarang kisanak adalah raja kami, junjungan kami,
seluruh kerajaan beserta isinya, menjadi milik kisanak, eh…, maksud saya milik
gusti prabu”.
58. P : “He…he…he…, eh…, tapi apa
maksudmu dengan semua isi kerajaan ini jadi milikku?”
59. Pr J : “Artinya seluruh rakyat Kerajaan
ini akan mengabdi dan menuruti seluruh perintah Paduka. Sebagai bukti kata-kata
hamba, maka sekarang hamba serahkan mahkota hamba”.( P hanya mengangguk-angguk mengerti dan menambil mahkota yang
diserahkan oleh Pr P kemudian langsung memakainya).
60. Pt M : “Tapi, anu gusti, anu, emmmm…, anu…,
saya, anu gusti,”
61. P : “hah…, anumu kenapa? Sakit? (belum sempat Pt M menjawab) he…he…he…,
jika memang anumu tidak normal, atau sakit, tidak bisa bangun, atau tidak bisa
berfungsi secara maksimal, sebagai seorang raja yang sakti, aku pasti bisa menyembuhkan
anumu,”
62. Pt M : “Maksud saya bukan anu yang itu
gusti, tapi gusti kan
seorang raja, dan kami, bawahan gusti, kami belum tahu nama gusti,”
63. P : “Nama, hmmm,,,. Kalau begitu,
menurut kalian, nama saya siapa?” (semua
yang hadir di paseban saling memandang dan berbisik)
64. D J : “Lha Gusti iki gimana to? Wong
raja kok nggak punya nama, seorang raja itu harus cerdas, masak, bikin nama kok
minta bantuan”.
65. P : (Merasa tertantang, P berfikir keras meskipun pikirannya buntu, agar
tidak dikatakan raja goblok, ia pun ngomong sekenanya) “Bel, yah…,
belgeduelbeh, yah…, nama saya sekarang Prabu Belgeduelbeh,” (semua saling memandang dan menahan tawa
mendengar nama asing iitu).
66. Pt M : “Menurut saya, masih ada satu lagi
yang kurang gusti”.
67. P B : “Apa itu?”
68. Pr J : “Sebagai seorang raja, gusti prabu
harus mempunyai seorang pendamping, alias seorang permaisuri”.
69. P B : “Apa maksudmu?”
70. Pr J : “Sebagai bukti setia baktiku kepada
Paduka, maka hamba persembahkan Dewi Widaningrum untuk Paduka”.
71. D W : (Protes)”Wah,
saya tidak setuju, ini namanya RUU alias Rancangan Undang-Undang yang bias
gender, pelecehan terhadap perempuan, sekarangkan sudah zaman emansipasi
wanita, alias penyetaraan antara wanita dan pria”.
72. P B : “Kamu tidak usah khawatir Cah Ayu,
saya tahu, sebagai seorang raja yang dari golongan bawah, dan mempunyai misi
untuk mengangkat derajat kawulo alet, saya tidak memilihmu sebagai
Permaisuriku”.
73. Pr M : “Terus, siapa yang Paduka pilih untuk
mendampingi Paduka?”.
74. P B : “Saya memilih dia”. (sambil menuding kearah Dayang Jemunak, D J
tersipu malu, semuanya saling menatap dan berbisik).
75. Pt M :
“Hah…, apa Paduka tidak salah pilih?”
76. P B : “Ini adalah keputusan Raja, dan
keputusan Raja tidak bisa di ganggu gugat, mengerti?”.
77. Semua : “Mengertiii…,”.
78. Pr M : “Sebagai Raja yang baru, kami
persilahkan Gusti Prabu Bel, untuk berpidato kenegaraan sebagai sosialisasi
kepemimpinan Paduka”.
79. P B : (Maju
kedepan dan berusaha untuk berwibawa) “Ehmm…ehm…, Wahai rakyat
Nglojitotengoro, hari ini adalah hari yang sangat bersejarah, karena hari ini
adalah hari Proklamasi kebebasan seluruh rakyat. Sebagai seorang raja baru,
maka pertama-tama yang akan saya lakukan adalah sebagai berikut: satu,
penegakan supremasi hukum, dua pemberantasan KKN alias Kura-kura Ninja”.
80. Pt M : “Bukan Kura-kura Ninja, tapi,
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme”.
81. P B : “Oh, ya, maksud saya itu. Dan yang
ketiga, persamaan hak dan penghapusan kelas sosial, serta yang ke empat, perluasan
kekuasaan Kerajaan Nglojitotengoro. (semua
bertepuk tangan). Sebagai Langkah pertama dalam pemerintahan baru ini,
maka, aku ingin tahu keadaan kerajaan selama di pimpin oleh P J”.
82. Pt M : “Hamba siap memberi keterangan
selengkap-lengkapnya Gusti”.
83. P B : “Wahai Bekas Prabu Jaya Setiko,
selama menjabat sebagai raja, kenapa engkau sering menjual pulau-pulau di
kerajaan ini? Dan sepanjang pesisir pantai kerajaan ini yang engkau biarkan terjual
kepada orang asing? ”.
84. P J : “Ampun gusti, karena sewaktu saya
mencalonkan diri sebagai raja, banyak uang yang harus saya keluarkan untuk
kampanye Gusti, jadi, ketika saya menjadi Raja, saya harus mengembalikan modal
saya, dan juga saya harus untung dari jabatan tersebut”.
85. P B : “Engkau sebagai Raja, tidak mau
mencerdaskan rakyatmu, tapi malah membodohinya, keadilan tidak kau tegakkan,
tapi malah engkau menjual rakyatmu untuk kepentingan pribadimu ”.
86. P J : “Ampun gusti, hamba bertaobat,
tidak akan melakukannya lagi”.
87. PB : “Sesal selalu datang terlambat,
tapi tidak apa-apa, daripada tidak mau tobat, dan terus mengacau supremasi
hukum kerajaan ini”.
88. P B : “Sebagai Langkah kedua dalam
pemerintahan baru ini, untuk menambah luas kekuasaan kerajaan, maka, aku
perintahkan kepada Pt M pergi ke negri-negeri tetangga untuk menawarkan dua
opsi, menyerrah dan bayar upeti, atau
perang.
89. Pt M : “Titah paduka akan hamba junjung se
tinggi-tingginya.”
* * * * *
BABAK II
Adegan 1
Di paseban Negeri Amarta, P Pd ,
Srikandi, Bima, dan Gareng sedang berkumpul untuk membahas tentang misteri
hilangnya Jimat Jamus Kalimasada.
1. Bima : (
P Pd sedang gelisah ) “Kanda Prabu tidak usah terlalu gelisah, karena
seluruh Pendekar Amarta dan para telik sandi, telah saya sebar keseluruh
pelosok jagad untuk mencari keberadaan Jimat Kalimasada yang misterius itu.
2. P Pd : “Bagaimana saya tidak gusar Dinda?
Jamus Kalimasada adalah senjata yang paling sakti di jagad ini, dan senjata itu
adalah lambang kewibawaan negri ini. Hilangnya Jamus kalimasada adalah bencana
kerajaan.
3. Srikandi : “Ampun Kanda Prabu, sebaiknya Kanda
mendengarkan laporan dari Paman Gareng, yang baru datang dari Wana Minangsroyo,
untuk meminta petunjuk kepada Eyang Begawan Wiyasa.”
4. P Pd : “Paman Gareng”.
5. Gareng : “Sendiko dawuh Gusti Prabu”.
6. P Pd : “Bagaimana petunjuk Eyang Begawan
Wiyasa tentang Prahara Amarta ini?”.
7. Gareng : “Walah, Nggak ada apa-apa den, ketika
saya Tanya, eee…., beliau malah tersenyum.”
8. Bima : “Hmm…, Paman Gareng tidak usah
berbelit-belit, langsung saja laporkan apa yang Paman bawa dari Wana
Minamgsraya?”.
9. Gareng : “Emosi, Den Bimbim emosi…, nanti bisa
terkena strok lho Den”.
10. S : “Paman gareng ini bagaimana?
Wong manggil ndoronya kok sakpenake dewe, memangnya ndoromu itu personil SLANK?
11. G : “Namanya kan
Den Bima, jadi kan
tidak salah jika saya memanggilnya Den Bimbim”
12. B : “Hmmm…, tidak usah banyak mulut
kamu Paman Gareng, cepat ceritakan hasil Paman dari Wana Minangsraya”.
13. G : “Walah, gimana to ini? Saya
ngomong itu benar, saya kan
dimintai laporan, ya saya jawab apa adanya, tapi Den Bimbim dan roro Sri malah
memotong cerita saya”.
14. P Pd : “Paman gareng”.
15. G : “Hamba Gusti Prabu”.
16. P Pd : “Sekarang ceritakan dengan jujur,
petunjuk apa yang di berikan oleh Eyang Begawan Wiyasa”.
17. G : “Begini Gusti, saya sendiri
tidak tahu, apa yang ada di benak Eyang wiyasa? Setelah saya menceritakan
tentang Prahara hilangnya Jimat Jamus Kalimasada, Eyang Begawan tidak ngomong
apa-apa, malah Beliau memberikan ini untuk saya”.
18. S : “Apa itu Paman? “.
19. G : (malu-malu) “Anu den Ayu, emm…, Jimat Pengasihan”.
20. S : “Eyang Wiyasa memang Waskito,
bisa tahu kalau paman Gareng susah jodoh dan masih jomblo”.
21. G : “Iya Den Ayu”.
22. B : (marah dan geram) “Hmmm…, ini diskusi prahara amarta, bukan kontak
jodoh, kalian ini malah ngomongnya ngelantur”.
Adegan 2
Patih
Mandanasraya memasuki paseban
23. P Pd : “Siapa kamu kisanak? Dan apa tujuanmu
ke negeri Amarta ini?”
24. Pt M : “Wahai penguasa Amarta, aku Pt M dari
negeri Nglojitotengoro di utus oleh Rajaku untuk menawarkan kerjasama antar dua
negara.”
25. B : (mulai marah karena Pt M tidak sopan dengan kata-katanya) Hmmmm…,
hai orag asing kamu jangan macam-macam di negeri Pandawa ini”.
26. Pt m : “Ah…, jangan emosional begitu bung,
saya ke sini untuk menyampaikan pesan dari junjunganku, Prabu Belgeduelbeh”.
27. G : “Hiii…, nama raja kok nggak
keren babarblas, prabu Belgedebel kondom, hi.. hi hi.. belgedebelkondom.”.
28. Pt M : “hai, kamu jangan mencoba menghina
Prabu belgedebel kon…, eh…, maksud saya prabu belgeduelbeh”.
29. S : “Nama kok tidak ndeso banget”.
30. Pt M : “Bocah ayu tidak usah ikut campur
urusan iki”.
31. P Pd : “Wahai Patih Mandanasraya utusan dari
negeri Nglojititengoro, apa yang sebenarnya di inginkan oleh rajamu?”.
32. Pt M : “Sebagai negara yang membawa misi
kerakyatan dan kesetaraan , dan juga untuk memperluas wilayah kerajaan, maka
kami menawarkan dua pilihan kepada negeri Amarta , yang pertama, menyerah
dengan membayar upeti ke kerajaan Nglojitotengoro dan mengakui P B sebagai
junjunganmu, atau pilihan ke dua yaitu perang”.
33. B : “Hmmm…, hmmm…, (karena sangat geram dan marah, Bima
mengepar dan meremas remas kepala gareng yang ada di sampingmya)
34. G : “Aduh…, duh…,duh…, gimana to
ini? Den Bimbim kalau marah ke sono”.
(menunjuk kearah Pt M)
35. B : “hmmm…, hmmm…, haaa…,”. (melangkah
hendak menyerang Pt M )
36. G : “Ait…, sabar, sabar, sabar, nyebut
den, nyebut, nyebut, (menghalangi niatan
Bima) Nyebut den, but, but, but, wes”.
37. P Pd : “Sabar kakang Bima, kita tidak boleh
menyelesaikan masalah ini dengan emosional. “.
38. S : “Benar apa yang dikatakan gusti
prabu, kita harus mengatur strategi untuk menghadapinya, meskipun kakang bima
sakti mandraguna tapi kita harus tetap waspada
39. P PD : “ Untuk menangani masalah ini aku
serahkan kepada kalian bertiga kakang bima , dinda srikandi, paman gareng,
40. Semua : “sendiko dawuh prabu”.
Babak III
Adegan 1
Sebuah tempat dipinggiran
hutan,tempat yang akan berlangsungnya pertaempuran.tampak PB, PJ, PTM,dan DJ
siap bertempur dimedan pertempuran.
1. Pt M : “Sang prabu tidak usah khawatir
jiwa raga hamba taruhannya “
2. BPJ : “Sesuai dengan janji setia hamba
,nyawa hamba akan hamba serahkan kepada prabu,
3. PB : “Tidak usah merayu aku aku tahu
apa yang ada dihati kalian, kalian hanya mencari muka dan menjilat, tapi tidak
apa-apa aku terima hormat kalian.
Adegan 2
Dating pasukan pandawa yang terdiri
dari gareng, bia dan srikandi.tiba – tiba permaisuri jemunak langsung naksir
berat, DJ langsung nyelonong untuk kenalan dengan Gareng, Gareng yang melihat
aksi tidak wajar menjadi gelagepan,grogi dan minder
4. D J : “Mas,kenalan dong mas, nama saya
putri jumunak permaisuri dari prabu belgeduelbeh, nama mas siapa?”.
5. G : “Walah-walah walah”. (berlari meminta perlindungan kepada bima )
“Den gimana ini den?”. (semua tertawa)
.
6. DJ : “Kakang sini, namamu siapa ?”.
7. G : “Den, lebih baik saya kalah
dulu sebelum perang Den,”.(gareng lari meninggalkan medan pertempuran)
8. P B : “Bagus, bagus permaisuriku, satu musuh talah bisa kau
kalahkan”.
9. B : “Hmm…, Haaa…, kaukah itu yang
bernama Prabu belgeduelkomdom itu?”.
10. P J : “Hai …, wong edan, bukan Prabu
Belgedebelkondom, tapi Prabu Belgedebel…, eh…,”.
11. Pt M : “Prabu belgeduelbeh”.
12. P J : “Yah…, Belgeduelbeh”.
13. P B : “Wahai engkau satria Pandawa,
sebelum darah tercecer di tanah ini, sebaiknya kamu menyerah”.
14. B : “Hmmm, haa…, tidak usah banyak
bicara, ayo kita berperang sampai titik darah penghabisan”.
Semua bersiap-siap untuk berperang,
Srikandi maju kedepan dan siap-siap untuk melawan pasukan P B, melihat srikandi
maju, Pt M langsung maju, namun bajunya seperti ada yang menarik sehingga dia
tidak bisa meneruskan langkahnya, ia berusaha tetapi tetap saja tidak bisa.
Ketika ia menengok kebelakang ia menjadi malu karena bajunya di pegang oleh P
B, iapun mundur sambil cengar-cengir. Tanpa kata-kata, P B maju, musik
mengalun, P B berjoged menggoda S. S menjadi malu tersipu. Akhirnya, tanpa
peperangan Srikandi lari karena malu. P B dan antek-anteknya tertawa lebar.
15. B : “Hmmm, Haaa…, Ayo maju kalian,
Hmmm…, Haaa…,”.
16. PtM : “Tenang Gusti prabu, biar hamba yang menghadapi satria pandawa ini”, (melangkah maju) “Tubuhnya boleh besar,
tapi pasti aku lebih sakti…..,”.
Seperti layaknya pertandingan
tinju, Ptm dan B dengan segala kesaktiannya, mengeluarkan jurus-jurus maut,
belum sempat PtM mnyerang, tiba-tiba B menyerang,
17. B : “Hiaaat…, hep,hep,hep,”. (Dalam sekejap tangan B sudah berada di
kepala PtM, kemudian dengan cepat B mendorong kepala PtM, PtM langsung ter
sungkur ke tanah, PtM segera mundur ketakutan, , B melempar kiss jauh kepada
seluruh penonton, BPJ segera maju, dengan bangga )
18. BPJ : “Dasar Pateh kampret, gitu aja kok
repot, biar aku yang menghadapi ini”.
PB segera memasang kuda-kuda untuk
menangkis serangan dari BPJ, sementara itu, BPJ mengeluarkan jurus-jurus Bru
CeLee,
19. BPJ : “Hiaaat…, ciau ciaaat ciaat”.
Ketika mereka berdua telah
berhadapan, B malah kebingungan, karena BPJ tidak memukul, tapi hanya
berteriak-teriak ala Bru celee, BPJ menunjuk-nunjuk ke arah kaki, B terkejut,
ternyata, BPJ kesakitan karena kakinya terinjak oleh B. sekali lagi B melempar
kiss jauh kepada penonton, tanda kemenangan. Melihat bawahannya kalah, dengan
marah, P B maju.
Karena melihat lawan yang tidak
bisa dianggap remeh, B mengeluarkan jurusnya yang paling sakti, begitu juga P
B, sesaat kemudian keduanya terlibat duel yang sangat dahsyat.
20. P B &
B : “Hiaaaaaat…,!!!”.
Dengan cepat tubuh mereka beradu,
mulai dari tangan kanan, tangan kiri, pundak kanan, pundak kiri, kemudian
dengan gerakan lamban jidat mereka beradu, lalu kaki kanan, kaki kiri, kemudian
B dengan gerakan lambat memutar tubuhnya bermaksud untuk mengadu bokong, dengan
cepat, P B mencabut jimatnya, kemudian, bokong B di tusuk dengan jimat yang ada
di tangannya. B berteriak kesakitan sambil memegang bokongnya. Dengan tertawa
penuh kemenangan, P B dan seluruh anak buahnya meninggalkan B yang masih
kesakitan.
BABAK IV
Adegan 1
Di keraton Ngrancang Kencono,
Negeri Nglojitotengoro, P B dan DJ sedang bersantai di taman Keraton. Nampak P
B sedang gelisah.
1. DJ : “Kakang P B, apa yang bisa saya
lakukan untuk menghibur Kakang Prabu?”.
2. P B : “Rasanya aku tidak bisa menikmati
hidup sebagai seorang Raja, dulu ketika
masih sebagai rakyat biasa, aku bebas melakukan apa saja yang aku
inginkan, tapi sekarang terlalu banyak
aturan, dulu aku makan bisa lima kali sehari, tapi sekarang harus di atur tiga
kali sehari, dulu aku bisa tidur seharian, tapi sekarang tidurku hanya tiga jam,
itupun aku tidak bisa nyenyak, rasanya aku ingin seperti dulu”.
3. D J `: “Kelihatannya Kakang Prabu
lelah, istirahat saja dulu, biar saya membersihkan keraton”.
4. P B : “Kan sudah ada Dayang, Diajeng tidak usah
retpot-repot menyapu”.
5. D J : “Sebagai permaisuri, aku harus
bisa menjadi teladan bagi seluruh rakyat Nglojitotengoro,lagi pula sebagai
bekas wong cilik aku tidak bisa meninggalkan kebiasaanku sebagai dayang, nyapu,
ngepel, nyuci, dan lain-lain, sudah lah, kakang tidur saja ”. (P B mererbahkan tubuhnya di lantai)
6. DJ : “Lho…, kakang kok tidurnya di
sini? Tidak di ranjang empuk di dalam?”.
7. P B : “Aku sudah terbiasa tidur di
lantai, kalau di kasur malah nggak bisa tidur, dan badanku pegel semua. (langsung tidur)
Adegan 2
Sedang menyapu lantai sambil menunggui
P B yang sedang tidur di lantai, kemudian datang Gareng dengan mengendap-endap
mendekati D J.
8. G : “Ssst…, ssst…, (memanggil D J, dengan terkejut penuh
ekspresi genit, D J menyambut kedatangan Gareng).
9. D J : “Mas Gareng”, (kegenitan menyambut Gareng) “Mmm…, aku
rindu dan kangen lho, ternyata mas kangen juga sama aku”.
10. G : “Iya, aku juga kangen, tapi apa
kamu nggak takut sama P B?”.
11. D J : “Ah…, nggak apa-apa, lagipula P B
sedang tidur, eh! Mas G, sejak jumpa
pertama, dan pandangan pertama aku sudah naksir sama mas Gareng, aku nggak tahu
dan tidak mengerti dengan perasaan ini, cintaku hadir tanpa permisi, dan aku tidak
bisa mencegahnya”. (berlagak romantis)
12. G : “Betulkah engkau mencintaiku?”.
13. DJ : “Jiwa ragaku adalah jaminannya,
aku rela meninggalkan kemewahan ini, demi cintaku padamu mas,”.
14. G : “Tapi di antara kita ada
penghalang besar yang tidsak mungkin
kita bisa menembusnya”.
15. D J : “Apa maksud Mas G?”. (G menengok
kearah P B yang masih mendengkur) “ Kalau memang Kakang PB menjadi
penghalangnya, aku rela meninggalkannya”.
16. G : “ Tidak sesederhana itu
diajeng”.
17. D J : “ Apa? Kakng G panggil aku diajeng?”. (senang dan kegenitan) “Aduh, Mas G
memang pria paling romantis di negri ini.”.
18. G : “Agar cinta kita dapat bersatu,
maka kita harus dapat menyingkirkan P B”.
19. D J : “Demi cintaku padamu, apa aku
harus meracuninya? Atau mencekiknya sampai mati?”.
20. G : “Tidak, jangan Diajeng, bukan
begitu, P B punya senjata ampuh yang selalu di bawanya”.
21. DJ : “Maksud mas?”
22. G : “Kau curi jimat itu untukku, setelah
itu kita lari dari keraton ini dan kita akan hidup bahagia”.
23. D J : “Ouuuugh…, romantis banget, “.
24. G : “Sudah, cepet,”.(dengan perlahan-lahan D J mendekati P B
yang masih mendengkur, dengan perlahan sekali akhirnya, D J dapat mengambil
Jimat itu, setelah di ambil, jimat itu di serahkan kepada G, akhirnya G & D
J pergi meninggalkan keraton, tidak lama kemudian, P B terbangun, sejenak ia
terkejut)
Adegan 3
25. PB :
“Diajeng Jemunak? Diajeng”, (meraba-raba
ia merasa ada sesuatu yang hilang) “Wah, dimana jimatku? Haiii…, BPJ dan PtM,
dimana kalian?”. (PtM dan BPJ masuk ke
panggung dengan tergesa-gesa).
26. BPJ : ” Ada
apa Bos Prabu?”.
27. P B : “Goblok, apa kamu nggak tahu, kalau
ada penyusup di keraton ini?”.
28. PtM : “Maaf tuan Prabu, aku khilaf jadi
tidak tahu kalau ada penyusup”.
29. PB : “Ayo…, sekarang kita kejar dan
tangkap penyusup itu”.
BABAK V
Adegan 1
Dipinggiran hutan, ditanah lapang,
PP, S, dan G, dan DJ, sudah menunggu.
1. G : “Ampun Nanda Prabu, ketika
saya melihat gaya
tidur P B, rasanya hamba mengenalnya”.
2. P P : “Apa maksud Paman G?”.
3. B : “Benar P P, sepertinya saya
juga mengenalnya, tapi rasa-rasanyua hamba tidak percaya”.
Adegan 2
P B dan punggawanya datang
4. P B :
“Haii…, cepat kamu kembalikan Jimat dan Permaisuriku”.
5. P P : “Sebaiknya Paman Petruk segera
mengahiri permainan ini”. (mendengar itu
Petruk terkejut dan segera membuka Mahkota yang melekat di kepalanya)
6. P : “Ampun Den, Hamba bersalah
karena membuat geger dan repot Raden dan para Pandawa, tapi sebenarnya maksud
saya baik kok den, saya hendak menegakkan kebenaran dan supremasi hukum di
Nglojitotengoro”.
7. S : “Apa yang sebenarnya Paman
petruk inginkan?”.
8. P : “Anu den ayu, Paman hany6a
vise4ng, main-main.”.
9. B : “Main-main gimana maksud
Paman”.
10. P P : “Sudahlah dinda Bima, yang lalu
biarlah berlalu, sekarang, karena negeri Nglojitotengoro di bawah kepemimpinan
P P ternyata mengalami kemajuan yang sangat pesat, maka untuk itu, Negri
Nglojitotengoro tetap dipimpim Paman Petruk”.
Adegan 3
11. D : “Cut…, cut…, cut…, berhenti,
stop! (melihat ki dalang masuk panggung, semua pemain panic dan takut)
12. Semua : “Ampun Bos, Ampun Bos, ampuun,?”.
13. D : “Dasar wayang gemblung, wayang
goblok, wayang edan, rak waras”.
14. Semua : “Ampun Ki dalang, kami semua lupa dengan
Skenarionya”.
15. D : “Seharusnya kan Tahta Nglojitotengoro dikembalikan epada
P J, bukan begini, ya sudah, sekarang bubar saja, bubar, pulang “.
Jepara, 13 Juni 2006
SELESAI
Komentar
Posting Komentar