NASKAH PEMENTASAN MAJAPAHIT
AWAN HITAM DILANGIT MAJAPAHIT
Karya : Om Bamabang
Setting pelataran lebih menonjolkan tanaman satu bangku
ditengah taman.
Penataan cahaya redup, satu spot mengarah tokoh Ronggolawe
dalam keadaan gelisah.
Ilustrasi suling ketikan gitar (melo), bedug
sayup………mengiringi tembang durmo.
Koor. P : Paman, paman Apa wartane ing dalan
Koor. l : Ing dalan akeh wong
mati
Koor. P : Duh kaningoyo
Koor. l/p :
Jinojros tombak trusing gigir
( muncul bayangan
Arya Wiraraja )
Arya wiraraja :
Lawe anakku
Koor l/p :
Kaningoyo prapting lampus ( lamat-lamat )
Ronggo lawe : Romo
( kaget )
Arya wiraraja :
Jangan engkau berputus asa, mengutuk diri diam dalam kegelapan.
Ingatlah anakku,
awan hitam Majapahit semakin tebal.
Kelicikan,
kerakusan, kemunafikan, tamak dan loba semakin merajalela.
Ronggo lawe :
Ya……….Romo………..( mendesah )
Arya wiraraja :
Tangan-tangan kecil yang dulu memegang cangkul, mengolah sawah, kini mereka harus berganti
mengasah tombak, mengangkat pedang maju kemedan laga ( musik genderang gemuruh,
lamat -lamat ) Peperangan demi peperangan dijalani tiada henti tanpa berhitung
untung rugi, harta benda dan nyawa dipertaruhkan, demi kecintaannya kepada
negeri ini.
Hingga perang usai………
Bagi mereka yang
selamat!?
Mereka hanya diberi ucapan selamat dan kalungan bunga
Ariya wiraraja : Tetapi…… Belum lagi rindu ini terobati, luka
dibadan masih menganga tawa canda
bersana keluarga baru dimulai……..kembali terompet peperangan
dikumandangkan, kembali mereka mengangkat pedang, kembali mereka maju ke medan
perang!! Diiringi deraian janda-janda muda, lengking tangis bayi lahir tanpa
sempat melihat bapaknya. Pengabdian demi pengabdian dibebankan diatas
pundaknya. Tanpa pernah terpikirkan hak-hak nya…… Sementara…… diatas sana, para
pejabat negara, pamong praja berpesta pora dengan rakus mengegogoti harta
negara………
Ronggo lawe…….
Ronggo lawe : Ya,
Romo
Arya wiraraja
: Ingatlah Anakku……Jangan biarkan
hal ini berlarut-larut, majapahit
membutuhkanmu…… tangung jawab diatas pundakmu, Majapahit membutuhkan
pengabdianmu……. Ingatlah anakku…….Ingat itu……ingatlah……ingatlah…( menghilang )
Ronggo lawe : Ya
dewa…..
Apa yang harus aku
lakukan?
Diam….?berarti
membiarka majapahit semakin runtuh.
Bertindak ! rakyat
kecil yang akan menderita…….peperangan demi peperangan silih berganti, akankah aku
menambah peperangan lagi……?
( tirta wati dan mertorogo muncul dan menyapa lirih )
Merto rogo :
Kangmas Ronggo lawe……. ( Ronggo lawe diam )
Tirto wati :
Kang Ronggo lawe…. ( manja ) Diam saja itu mbakyu
Merto rogo :
Yayi Tirto Wati,
Tirto wati :
Ya…. Mbakyu…….
Merto rogo :
Akhir-akhir ini kang mas Ronggo lawe selalu diam, tidak mau makan…..padahal
makanan kesukaannya selalu kusiapkan
Tirto wati :
Ya Mbakyu…………, demikian pula dipesanggrahanku. Sukanya menyendiri ditempat sepi….memandang rembulan seperti
orang yang sedang kasmaran
Merto rogo : Apa
salahku, apasih kekuranganku. Padahal keinginan kangmas Ronggo lawe selalu aku
turuti…….gak pake' lama lagi……
Tirto wati :
Aku juga mbakyu…..lalu, ada apa ya…………
Merto rogo :
Jangan, jangan……
Tirto wati :
Jangan-jangan apa mbakyu……?
Merto rogo :
Jangan-jangan ada yang baru…..
Tirto wati :
Yang baru apanya mbakyu…..
Merto rogo :
Ya………………… selir ta yayi…..…
Tirta wati :
Selir……… ? apa kita berdua ini masih kurang…….…?
Merto rogo
: Yah, namanya juga
laki-laki………Kalau status sosialnya meniongkat keinginannya macem-macem,
jangankan kangmas Ronggo lawe, yang Cuma adipati, para wiku, pandito, resi,
bila sudah terkenal, padepokannya berkembang pesat, santrinya banyak. Uangnya
banyak,…..ya kawin lagi…….
Tirto wati :
Iya…..ya……mbakyu……apa lagi dia tahu akan pasal-pasal, hukum-hukum perkawinan,
punya uang ya…kawin lagi !!! tanpa memikirkan perasaan para istri…………
Ronggo lawe : Nimas
merto rogo dan tirto wati (senyum sinis) tak kusangka kalian berpilir sejauh
itu.
Tirta wati :
Ya………tentu saja, toh hidup kakang sekarang berkecukupan, pangkat, derajat,
kakang sebagai pejbat, kakang Ronggo lawe seorang senopati gagah perkasa,
ganteng lagi………Wanita mana yang tidak tertarik………kakang ?
Ronggo lawe : Benar
Tirrto Wati…….,Tetapi kakang sudah bahagia mempunyai isteri kalian berdua,
melihat kalian berdua rukun-rukun keluarga kita yang harmonis, apakah mungkin
kakang menambah selir lagi?.salah-salah malah membuat masalah…..!
Tirto nwati :
Tetapi………,akhir-akhhir ini kakang selalu menyendiri seperti orang yang lagi
jatuh cinta githu loh !!!!
Ronggo lawe : Tirto
Wati,Tirto Wati……kemanjaanmu itu yang membuat hati kakang menjadi sejuk, ibarat
kasiram tirti kang wayu sewindu, kalian istri-istriku yang dapat mendinginkan
emosi kakang, meredam kemarahan dan mencairkan kegundahan hati ini…
Merto rogo
: Lalu, apa yang menggangu hati
kangmas ?
Tolong kami-kami ini diberi tahu……bukankah kami berdua ini istri-istri
kangmas, maka masalah kangmas juga masalah kami.
Ronggo lawe : Benar
Nimas Merto Rogo. Dalam beberapa hari ini, hati kangmas bingung memikirkan
situasi di Majapahit.
Merto rogo
: Ada apa dengan Majapahit
kangmas ?
Ronggo lawe :
Dikota raja sana, saat ini banyak terjadi kecurangan-kecurangan korupsi merajalela…….manipulasi,
penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi sudah menjadi kebiasaan
sehjari-hari, semua kecurangan-kecurangan dengan licik mengatasnamakan, demi
kesejahteran rakyat, demi kemakmuran rakyat,…
Tirto wati :
Itu kan di Majapahit kakang
Kenapa kakang mesti pusing-pusing………... Asal di kadipaten
Tuban ini aman-aman saja. Para
ponggawa yang kakang pimpin, bekerja dengan jujur dan bersih, nya…sudahlah,
emangnya gue piklirin !!! (genit)
Ronggo lawe : Tirto
wati……. Tirtowati …..
Kadang sisifat kekanakanmu itu…he….he, kakang jadi gemes
lho……
(cubit pipit )
Tirto wati
: Aduh………….kakang, sakit………….!!
Nanti mbakyu merto
rogo….ngiri……lho….!!
Ronggo lawe : Ya…………biar………..,kakang ini malah seneng,
kalau mbakyumu itu cemburu….!! Ketahuilah Mertorogo dan Tirtowati. Majapait dan
tuban….. ibarat tangan kanan dan tangan kiri, maka apabila salah satunya
terkena pedang, tangan yang lain ikut merasakan, kemarilah istri-istriku,
mendekatlah padaku ( keduanya
mendekat )
Majapait sudah diambang kehancuran Untuk itu, aku tidak bisa tingal diam
hari ini kakang akan berangkat Ke Majapait , akanku bongkar kebusukan-kebusukan
dikota raja, para penceri, penghianat bangsa harus dibasmi. Majapahit harus
segera kembali kepemerintahan yang bersih….,apapun resikonya…….ini juga menjadi
tanggung jawab kakang.
Merto rogo
: Kangmas harus berhati-hati
karena kangmas akan berhadapan dengan orang-orang licik
Ronggo lawe : Benar Nimas, hanya do'a kalian berdua yang
kakang minta, semoga semuanya berjalan denhgan baik dan selamat, oya….mana
anjan piyani anakku, bagaimana keadaannya sekarang…apa masih suka nakal..??
Merto rogo : Itulah kakang mas, Anjampiyani sekarang
suka memukuli teman-temannya, dan mereka tidak berani membalas, karena mereka
tahu bahwa Anjam piyani putra sesembahannya.
Ronggo lawe :
Ya………sebenarnya tidak boleh begitu, kalau Anjampiyani nakal mestinya ya harus
dihukum, jangan memandang anak pejabat terus berbuat sewenang-wenang dan mereka
harus berani membalas…..
Tirto wati :
Oh…………tidak kakang !! Anjampiyani hanya membalas perlakuan mererka.
Merto rogo :
Dasar anak nakal, kemarin ada anak dipukul sampai hidungnya berdarah, padahal
anak itu lebih besar.
Trirrto wati :
Tidak, tidak, memang anak itu yang suka usil, aku sendiri suka gemes…... ingin
aku mencubitnya!!itu loh…….. anak tukang rujak didepan pasar, siapa itu…?! Oya,
Mak tatik namanya.
Ronggo lawe :
Sudah-sudah…………terkadang aku ini heran
Anjan piyani itu anak mertorogo tetapi, selalu saja
Tirtowati membela………Tirtowati………., coba panggil anjan piyani kemari!!
Tirto wati :
Ya…………kakang ( berjalan menjemput Anjampiyani)
Anjampiyani : Romo
memanggil saya………………….?
Ronggo lawe :
Kemari…. anakku…. apa betul……, Anjampiyani suka memukul teman-temanmu
Anajm piyani : Tapi
Anjampiyani hanya membalas romo
Tirto wati :
Nah, betulkan , dia hanya membalas…………….
Ronggo lawe : Sudah,
sudah………tiurto wati, Anjampiyani ………romo akan pergi kekota raja, nanti kalau
romo pulang Anjampiyani minta oleh-oleh apa…?
Anajm piyani :
Kuda………….Romo…………!!
Ronggo lawe :
Kuda……….? ( Heran )
Merto rogo :
Coba………..minta oleh-oleh kok ya kuda
Ronggo lawe :
Biarlah Merto rogo…………Anjampiyani………….bukankah dikadipaten ini sudah banyak
kuda….
Anjam piyani :
Ya…Romo, tetapi jelek romo…
Ronggo lawe : Baik,
baik Anjampiyani …….…..( tersenyum bangga ) Anjampiyani minta oleh oleh-oleh
kuda warna apa….?
Anjam piyani : Hitam
romo…………,yang besar dan larinya cepat.
Ronggo lawe :
Jadi…….,kuda besar, hitam, gagah dan larinya cepat…….? Apa Anjampiyani berani
menaikinya.
Anjam piyani :
Ya…………..romo………! berani!!
Tirto wati :
Lihat mbakyu…….., Anjampiyani anak yang gagah berani…….memang pantas sebagai
nak senopati …..!!!
Ronggo lawe :
Ya………memang kamu calon senopati. Baiklah anjan piyani..….nanti kalau romo
pulang, akan romo bawakan seekor kuda yang gagah.
Ronggo lawe : Nimas
merto rogo dan tirto wati, kakang berangkat sekarang……..jagalah anakmu baik-baik……….
( Semua masuk diiringi gending soran )
Adegan kerajan majapait diawali
dengan tari prajurit.
Cahaya terang, setting pasewakan agung, tahta ditengah
atas……………
Maha pati :
Seperti yang tuan saksikan segalanya sudah dipersiapkan dengan rapi untuk
menyambut pengangkatan Nambi menjadi mahapatih di Majapahit ini
Wijaya :
Terimakasih…..paman, atas kerja keras paman mahapati semua bisa dipersiapkan
dengan baik.
Mahapati :
Oh………ini kan kerjasama team,tanpa bantuan para nayokopraja, hamba tidak berbuat
apa-apa……….
Wijaya :
Paman gajah sora bagaimana ? apakah paman gajah sora menyetujui pengangkatan
paman Nambi menjadi mahapatih di Majapahit
Gajah sora :
Sendika gusti prabu………..sabda pendita ratu, maka keputusan raja sebagai
undang-undang,dan tidak bisah diubah………..
Wijaya :
Terimakasih paman……….dan paman nambi bagaimana ? apkah paman Nambi sudah
mempersaiapkan diri………., lalu apa misi dan visi paman sebagai seorang mahapati
di Majapahit ?
Nambi :
Terimakasih gusti prabu ………..terimakasih atas kepercayaan kepada hamba, untuk
memangku jabatan sebagai mahapati di Majapahit ini, sedang misi dan visi hamba
Yang pertama,hamba akan mengamankan tahta kerjaan, apapun yang terjadi
gusti prabu tetap duduk disingga sana.
Nambi :
Walaupun ada musuh meyerang, cukup hamba dan para senopati yang mengatasi,
gusti prabu tenang-tenang saja………..!
Yang kedua, para nayaka praja, punggawa, senopati, manteri bupati akan
bekerjasama dalam satu kabinet yaitu kabinet bersatu maka semua anggota harus
dan wajib sepakat menyetujui semua kebijakan-kebijakan yang mewujudkan sebuah
kerjasama yang baik.
Ketiga, pajak dan upeti merupakan sumber pendapatan kerajaan yang di
gunkan bagi kesejahteraan rakyat.selama ini masih banyak wajib pajak yang
lolos, tidak mau membayar, para pedagang,saudagar-saudagar dari manca negara
mereka hanya membayar kepada oknum-oknum tertentu, dan hasilnya hanya untuk
kepentingan pribadi. Atas kerjakeras ini, maka kerajaan akan memberi imbalan
penghasilan 5 kali hasil yang kita terima selama ini, agar kita semua bisa
bekerja dengan maksimal
Gajah sora :
Tetapi Nambi, apakah hal ini tidak menyakiti hati rakyat ?
Selama ini rakyat hidup digaris kemiskinan, karena peperangan yang tidak
berhentri ? sementara kita malah menaikan gaji.
Nambi :
Itu soal mudah, kita bagi-bagikan uang 100 keping setiap bulan bagi setiap
kepala keluarga..………… Gratis !!
Gajah sora :
Yah………itu jumlah yang sangat sedikit kalau dibanding penghasilan kita.
Nambi :
Ya…………agar kelihatan banyak maka kita bisa memberi 300 keping uang setiap 3
bulan dimuka……ha…….ha…….ha………….beres!!!!!!!
Nambi :
Justru hal ini akan menambah pemasukan kerajan, kita tempatkan pos-pos bencana,
banyak wide, kidang pemoreh, kudo sembagi podang bimoreh, gajah permada, kalian
ditugaskan pulang himpun dana bantuan untuk dikumpulkan ke kerajaan baru
setelah semua terkumpul kita bagikan secukupnya rata agar tidak saling cemburu.
Serempak :
Siap!!!
Mahapati :
Tentu ada kelebihannya Nambi
Nambi :
Kita-kita yang mikir, yang bekerjan keras menjamin ketentraman, biaya-biaya
operasional apa harus gratis paman, pokoknya semua dana masuk RAPBK
Mahapati :
Apa itu??
Nambi :
Rancangan anggaran pendapatan belanja kerajaan
Mahapati :
Betul kata Gajahsuro, Nambi…..
Rakyat sedang menderita, kenapa kita malah bersenang-senang,
apalagi sekarang banyak terjadi bencana alam dimana-mana. Badai topan, tanah
longsor, banjir lumpur juga gempa bumi.
Nambi
: Sudahlah, asal kita bicara demi
kesejahteran dan kemakmuran rakyat….titik…dan bagi yang tidak setuju silahkan
keluar dari kabinet ini (keras)
Gajah sora :
Demi langit dan bumi, bagian saya akan saya bagi-bagikan kepada rakyat…..
Nambi :
Itu terserah…!!!asal engkau tidak menentang keputusan ini……betulkan paman
Mahapati.
Mahapati :
Saya…saya…kan sudah mau MPP (masa persiapan pensiun)
Nambi :
Yah….paman tetap mendapat jatah asal diluar sana paman paman mau off the
record…
Mahapati :
Apa itu??
Nambi :
Tutup muluit…!!!
Ronggolawe datang (Musik Keras) lampu berkedip
Ronggolawe :
Amit…amit…amit (suara dari luar)
Musik semakin keras, setelah Ronggolawe memasuki pasewakan
musik berhenti mendadak
Ronggolawe : Salam
kaliman tabik gusti prabu
Wijaya :
oh…kau Ronggolawe yang datang…
Bagaimana kabarmu?
Ronggolawe :
Berkat restu paduka gusti prabu… semua aman terkendali
Wijaya :
Lalu napa maksud kedatanganmu ke majapahit?
Ronggolawe : Yang
pertama hamba mewakili rakyat Tuban, menghaturkan sembah sujud kehadirat paduka
gusti prabu
Wijaya :
Ya…terimakasih lawe, sembah sujud rakyat tuban aku terima dengan senang hati
Ronggolawe : Yang
kedua, hamba ingin bertanya? Apakah benar berita yang hamba dengar, Majapahit
akan mengangkat mahapatih baru?
Wijaya :
betul lawe
Ronggolawe : Lalu
siapa yang beruntung, menerima jabatan tertinggi di Majapahit sebagaio
mahapatih?
Wijaya :
Paman Nambi, lawe..
Ronggolawe : Paman
Nambi??
Wijaya :
Benar lawe, kenapa sepertinya kau kaget lawe?
Ronggolawe : Maaf
gusti prabu, sebelumnya hamba mohon maaf dan dijauhkan dari sesiku.
Wijaya :
Silahkan Lawe, katakanlah pendapatmu….
Ronggolawe : Atas
dasar apa gusti prabu mengangkat paman Nambi menjadi mahapatih?
Wijaya :Yah.… tentu atas jasa-jasa paman Nambi dan
pengabdiannya selama ini lawe.
Ronggo lawe :
Jasa………? Jasa apa yang diberikan Nambi sejak perang bergolak, pasukan Majapahit
menggempur musuh rojo pat sewu negoro dimana Nambi? Saat hamba memukul mundur
pasukan paman Jaya katwang, Nambi tidak kelihatan, dia hilang bagai ditelan
bumi, begitu pula waktu mengusir pasukan tartar Ronggo lawe ada dibarisan
depan, dimana Nambi?? Nambi tidak kelihatan batang hidungnya….!!!!
Kebo Anabrang : He……
Lawe….…!! yang berani perang, senopati Majapahit bukan hanya kamu Lawe…
Ronggo lawe :
Kebo Anabrang….. Benar, memang senopati dengan berani ke medan perang, tetapi..
Kebo Anabrang :
Tetapi apa ? apa kau sudah merasa menjadi senopati yang hebat ?
Ronggo lawe : Yah
sewajarnya kalau Ronggo lawe sebagai senopati yang hebat, karena setiap
pertempuran selalu dibarisan depan.
Kebo Anabrang :
tetapi tanpa anabrang sebagai penguasa bahari, kemenanganmu tak akan terjadi
dan untuk apa kau sekarang menentang keputusan yang sudah disepakati.
Ronggo lawe
:sepakat?? Untuk mengatur sebuah negara apa cukup dengan kata sepakat ?
Politik uang? Politik dagang sapi? Ini tidak benar anabrang!
Kebo Anabrang :
……………………………
Ronggo lawe :
sudah seharusnya dalam penyelenggaraan pemerintahan ada aturan-aturan dan
undang-undang anabrang.
Kebo Anabrang
:bukankah peraturan undan-undang sudah dibuat sejak nigeri ini berdiri.
Ronggo lawe :
benar tetapi, kalau aturan itu banyak dilanggar, mau dibawa kemana pemerintahan ini.
Kebo Anabrang : jangan terlalu kaku dengan aturan yang baku,
maka perlu adanya keputusan keputusan yang baru yang disesuaikan kondisi
perubahan jaman
Ronggo lawe :
perubanhan yang mana? Jaman yang semakin buruk, ahlak dan mental pemimpim yang
semakin bobrok, bukankah ini menyengsarakan rakyat
Kebo Anabrang :
ah………………janhgan bicara sok merakyat lawe, tahu apa engkau tentang rakyat.
Ronggo lawe :
rakyat sudah menderita, kebutuhan sehari hari sulit dicari, harga-harga
membumbung tinggi, tetapi kalian sebagai pemimpim hanya mementingkan
kepentingan pribadi.
Mahapati :
Lawe, sabar Lawe………, ini dipasewakan agung
Ronggo lawe :
Ya………paman, sebentar……., tapi saya harus meyelesaikan masalah ini agar tidak
menjadi kesalahan yang fatal. Tetapi ……..,setelah perang selesai, dengan
hebatnya Nambi bercerita tentang peperangan begitu indahnya sia bercerita
tentang para prajurit dan senopati bertempur menyambung nyawa para pahlawan
yang gagah perkasa menggempur tentara musuh, hingga lari tunggang langgang
se-olah-olah Nambi berada ditengah pertempuran yang dasyat. Namun sebenarnya
Nambi itu seorang pengecut, penakut…….dia tidak berani ikut berperang !! Apakah
pengecut macam Nambi ini pantas menjadi mahapatih dimajapahit ?
Ronggo lawe : Lawe
ini sudah keputusan raja……….. kata-kata raja adalah undang-uandang Lawe
Ronggolawe :
Tetapi kalau keputusan itu keliru paman, bukankah nantinya akan menghancurkan
negara dan akhirnya menyengsarakan rakyat ?
Wijaya :
Lalu siapa yang pantas untuk menjadi mahapati di Majapahit ini lawe ? apakan
juga ingin mencalonkan sebagai Mahapatih Lawe ?
Ronggolawe :
Maafkan hamba gusti prabu masih ada orang lebih pantas untuk menduduki jabatan
Mahapatih……
Wijaya :
siapa dia lawe
Ronggolawe : Paman
Gajah sora gusti !!
Gajah sora :
Lawe !! lancang kau sudah kukatakan keputusan raja tidak bisa diganggu gugat
lawe. Maaf gusti prabu, hamba tidak berambisi untuk menjadi Majapahit gusti
Wijaya :
Ya paman saya sudah tau…..
Kbo anabrang : He…….…
lawe, sombong sekali kamu, jangan sok pintar, sok hebat dan sok ngatur
Ronggolawe :
Anabrang, kenapa kau sakit hati, apa hubunganmu dengan Nambi, jangan-jangan kau
sudah menerima sesuatu dari Nambi
Anabrang : Hati-hati kau berbicara…kau boleh meremehkan
orang lain, tapi jangan dengan Anabrang, apa perlu kau diberi pelajaran?
Ronggolawe :
Maksudmu….
Anabrang :
Kita sama-sama laki-laki, sama-sama senopati
Ronggolawe :
Oh…kau menantangku?
Bagus Anabrang, hayo
kau mau apa?
Anabrang : Heh
Lawe, kalau hanya meremas tubuhmu selama-lamanya meremas tomat
Ronggolawe : Hebat
kau Anabrang, hayo kita buktikan, kutunggu kau diluar sipa yang lebih hebat ? Ronggolawe atau Anabrang ?
Ronggolawe keluar dari pasewakan tanpa pamit( musaik keras
lampu kedip-kedip)
Nambi :
Wah…….wah…..hebat……hebat….!! bocah baru kemaren sore, sudah berpidato
berapi-api didepan pasewakan agung…….. tapi sayangnya tidak punya sopan santun
Gajah sora :
He……Nambi……..! kenapa baru sekarang, kau berani bicara ? tadi, waktu ada
Ronggolawe, kaudim saja mukamu ditekuk, tkut ?! dasar pengecut……..
Nambi :
Rupanya sudah ada persekongkolan antara bapak, anak dan paman
Mahapatih :
Maksudmu Nambi………
Nambi :
Sudah jelas, Ronggolawe berani bicara keras karena didukung bapaknya….. Ariyo
wiraraja, dan tentunya juga mendapat restu sang paman…… Gajah sora
Gajah sora :
Nambi !!!!! licik…..kau…..kalau tidak dihadapan gusti prabu sudah
ku-robek-robek mulutmu
Nambi :
Memangnya semudah itu……sora !! kau belum tahu kehebatanku…….
Gajah sora :
kehebatan yang mana Nambi, setiap ada peperangan kau selalu sembuyi.
Nambi :
Apa kamu perlu bukti sora !!
Gajah sora :
Baik…., hayo kita buktikan
Wijaya :
Paman……!! paman Gajah sora dan paman Nambi !! kalian ini bagaimana ? sudah
tua-tua ikut-ikutan ngak bisa mengendalikan diri……………….
Gajah sora :
Maaf gusti prabu……..maafkan hamba yang terbakar emosi
Wijaya :
Baiklah paman Gajah sora…….kalau begitu sekalian aku tugaskan paman Gajahsora
untuk menemui Ronggolawe, redahkan kemarahannya…….aku tak ingin ada perpecahan
di Majapahit ini
Gajah sora :
Baiklah gusti prabu, hambah mohon pamit dan mohon restu
Wijaya :
Ya…………paman, hati-hatilah dijalan
( Gajah sora meninggalkan pasewakan )
Wijaya :
Paman mahapatih
Mahapatih :
Dawuh……………
Wijaya :
Untuk sementara, penobatan paman Nambi kita tunda dulu ……….dan paman Nambi
mohon bersabar paman
Nambi :
Oh………. tak masalah gusti prabu……… justru inilah saatnya hamba membuktikan misi
yang hamba emban, semua permasalahan di Majapahit ini cukup hamba yang akan
meyelesaikan gusti prabu tenang-tenang saja di kedaton, sebagai pengisi waktu
agar tidak jenuh, hamba sudah meyiapkan putri boyongan yang cantik-cantik,dan
arak dari negeri cina yang segar……dan harum ?!
Wijaya : Terimah kasih paman Nambi, dan kepada
semua para nyoko praja, pasewakan saya nyatakan bubar………..!!
Nambi :
Paman mahapatih boleh juga kalau mau menemani gusti prabu…… he……..he, biar awet
muda
Mahapatih : Itu
soal gampang Nambi………aku dah tua……….
( Wijaya meninggalkan pasewakan diikuti, mahapati )
Nambi :
Anabrang, jangan seperti bocah kecil. Segera siapkan keperluan gusti prabu arak
yang segar dan harum, putri-putri yang cantik dan tempatkan satu pasukan subo
manggala perintahkan untuk menahan gusti prabu jangan sampai keluar dari
kedaton
Anabrang :
Siap paman……!!
Siapkan
: Prajurit, kita gempur Rongolawe
dan rakyat Tuban, berangkat semua kekuatan saatnya kita berpesta Anabrang
Anabrang : Siap
paman !!
Sudah lama saya menunggu saat seperti ini paman Nambi akan menyaksikan
bagaimana tangan ini akan meremas tubuh Rongo lawe paman………….!!
Nambi :
Bagus Anabrang !! tapi ingat satu lagi……..Anabrang
Anabrang :
Apalagi paman !!
Nambi :
Ambil satu pasukan untuk mekuh penjalin, tempatkan mengepung kraton Majapahit,
agar gusti prabu tidak keluar
Anabrang :
Maksud paman
Nambi :
Bodoh sekali kamu……..!! setelah Rongolawe dan Gajahsora modar kita habisi gusti
prabu
Anabrang :
Lha……… lalu raja di Majapahit siapa paman ?
Nambi :
Goblok kamu……….!! Kalau gusti prabu sudah mampus ……….ya nambi yang jadi
raja………..ha…..ha…..ha……dan kamu Anabrang………..ku angkat sebagi Mahapatih…………
Anabrang :
Mahapatih paman ?? ? !!
Nambi :
Ya…….. kau jadi Mahapatih…….!
Anabrang :
Mahapatih……. ( Tunjuk diri ) gusti prabu ( Tunjuk Nambi )
Nambi dan anabrang saling tunjuk seprti kesetanan
meninggalkan pangung musik rampak, lampu warna-warni cenderung terang……….
Semua berhenti muncul Mahapatih.
Mahapatih :
Bagaimana piye………..?!! weleh-weleh…… rupa-rupanya nambi serigala berbulu domba
!! wah…….wah…….. bahaya ini……… aku harus segera ketuban, sebelum mereka datang,
akan kuberikan Ronggolawe tentang semua ini……… Ronggolawe…….. aku yang datang
!!!
( pergi meninggalkan panggung )
Di kadaipaten tuban yang aman dan tenang, diawali munculnya
kontal dan kantil pengasuh anjampiyani,.
Diiringi tembang rondo kempling…..
Setting : taman, cahaya terang…
Kontal :
Til………. sini,Til…...
Kantil :
Sampeyan ini kok enak memanggil saya til
Kontal :
Lha kamu itu perempuan……. ya dipanggil Til
Kantil :
Lha kalau sampeyan laki-laki apa ya terus dipanggil….… et….… et……
Kontal :
Hayo, terusno….kliru…tak sampluk kamu
Kantil :
Ya…ini namanya tidak adil, wong nama saya kantil…ya dipanggil til…lha kang
kontal…
Kontal :
Ya……… suka-suka aku ta……..lagi pula namamu kok kantil githu loh
Kantil :
Kang itu nama yang bagus……. bunga kantil itu kan harum baunya
Kontal :
Oh..…gitu ya….. baru tahu aku…… wah gak rugi kan kalau kamu jadi istriku
Kantil :
Lha iya…… wong sama istri kok sia-sia
Kontal :
Begini kantil…… istriku…… sayang…… kita di tuban ini kan mendapat tugas
mengasuh dan mengawasi gus Anjampiyani
Kantil : Iya… kang Kontal
Kontal :
Sekarang dimana gus Anjampiyaninya
Kantill :
Masih tidur kang…….
Kontal :
Yah bagus itu, kita bisa istirahat
santai……, yuk kita tidur yuk…….
Kantil : Hus…… siang-siang kok tidur…… nanti kalau
ketahuan bendoro kita gimana, tugas kita kan mengasuh dan menjaga….., jago kok
ngajak turu
Kontal :
Lha wong momongan kita juga sedang tidur lalu kita ngapain…?
Kantil :
Ya……..… kita seneng-seneng lah……
nembang-nembang apa gitu, untuk mengisi waktu.
( Menyanyi lagu-lagu campur sari, boleh melayani permintaan
lagu, melayani sawer….. OK! )
Ronggolawe datang di belakang Kantil
Kontal :
Kang Kontal….. sebenarnya aku menyesal berada di Tuban ini terlebih-lebih kalau aku ketemu den mas
Ronggolawe
Kontal :
Lho… kenapa begitu..?
Kontal :
Siapa orangnya yang ngak kecewa. Aku ini dulu kan putri boyongan saat kabupaten
Jeporo di bedah tuban lha mestinya aku kan menjadi istri den mas Ronggolawe………,
kok sekarang aku jadi istrimu……….. Itukan aku kecewa berat kang.
Kontal :
Lha kamu mau jadi istrinya den mas itu opo gak mimpi…….. ?
Kantil :
Jangan menghina wanita Jepara kang…………. Se-antara jagad ini, wanita Jepara
sudah terkenal, seperti Ratu Sima, Ratu Kalinyamat, RA Kartini, kesebelasan
sepak bola Jeporo pakai nama laskar kalinyamat………. kok gak pakai laskar Hendro
Martjo atau laki-laki siapa……… gitu…….?
Kontal :
Iya……. Ya tapi…….. itu lho…….. ( menunjuk belakang )
Kantil :
Tapi apa…………… kang………. Pokoknya aku ini benci sama den mas, aku dendam kang…………
Kontal :
Sudahlah, sudah…….. ( menunjuk kebelakang )
Kantil :
Sudah apanya……… pokoknya hati ini belum puas kalau den mas… ( malu )
sehat-sehat saja ya den mas…………... ( merayu )
Ronggolawe : Ya…….
Bibi……. Aku sehat-sehat saja….. walaupun setiap saat aku akan diserang musuh
untungnya saya selalu waspada bibi……..
Kantil :
Waspada ya den mas, yah itu memang harus, apalagi den mas Rongolawe seorang
adipati yang terkenal………
Ronggo lawe : Betul
bibi……, dan musuh ku ini sangat dekat dengan ku….. bibi….. dan sangat tidak
kelihatan bibi…….
Kanti :
Maafkan saya den mas, tadi itu urusan rumah tangga kami den mas….. maksud saya
biar kang Kantil cemburu gitu, jadi biar tambah mesra den mas……...
Ronggo lawe : Ya…..
aku tahu, Kalian itu perkerjaannya Cuma bercanda, tapi sekarang ini saat
bersenang-senang dan bercanda sudah selesai…….. nah paman, tolong panggil gusti
putri dan anakku Anjampiani……
Kontal-Kantil :
baik…….. baik Den Mas…….
( Keluar memanggil, MR, TW, ANJP )
Mertorogo :
Kang mas Ronggo lawe, bagaimana kabar majapahit, sepertinya wajah kang mas
kelihatan tegang
Ronggo lawe :
Sudahlah Mertorogo dan Tirtowati, kakang tidak bisa cerita sekarang,…… yang
penting sekarang kalian aku titipkan paman Kontal dan bibi Kantil untuk meninggalkan
Tuban
Tirtowati
: Memangnya ada apa kakang ? apa
Tuban diserang musuh ?
Ronggo lawe : Untuk keselamatan kalian dan tidak
menimbulkan kekuatiran kakang dalam maenghadapi permasalahan ini ,paman Kontal
dan bibi Kantil
Kontal-Kantil
: Dawuh..
Ronggo lawe : Aku titip anak istriku, bawa mereka keluar
dari Tuban
Kantil :
Baik den mas…….. Kita kejepara saja, disana tenang dan aman, gus Anjampiani
pasti senang setiap hari kita bisa mandi dipantai, malah dijepara ada kura-kura
sebesar rumah lho…. pasti gus Anjampiani senang
Kontal
: Itu sih rumah bentuknya seperti
kura-kura
Kantil :
Wis ta, pokoke siip……, dan aman. Wah seneng aku, bisa bertemu ortuku…… and
sekalian copy darat mantan pacarku
Kontal
: Lho malah mikir butuhmu sendiri
memangnya mantan pacarmu
Kantil
: ( Meyambut salah satu undangan
)
Ronggo lawe : Sudah,sudah…… Kalian kalau bercanda gak ada
abisnya. Anjampiani……., kamu ikut paman Kontal dan Kantil ya nanti romo meyusul
Tirtowati
: Kasihan kamu Anjampiani
Ronggo lawe :
Tirtowati !! jangan sekali kau katakan kasihan, pada Anjampiani karena itu akan
membuat hatinya penakut, pengecut……..!! ajampiani calon senopati, maka dia harus
dididik menjadi seorang pemberani jangan jadikan hatinya melemah
Tirtowati :
Ya……….. kakang
( gajah sora datang…. )
Ronggo lawe : Paman
Sora, apa kabar paman ?
Gajah sora : Wah
gawat lawe……. ! Nambi semakin kurang ajar……. Dia mendekati orang- orang yang
setia kepada kerajaan dia mendekati dan membujuk gusti prabu dengan memberikan
arak dan putri-putri cantik,membuat gusti prabu lemah dan lengah
Ronggo lawe :
Kurang ajar Nambi !!!
Gaja sora :
Yah memang Nambi kurang ajar, licik !! ini gawat lawe, tentu dia akan segera
meyerang Tuban, karena kau dianggap musuh dan menghalangi keinginannya
Ronggo lawe : Benar
Paman Sora, paman Kontal dan bibi Kantil, segera kau bawa pergi keluargaku
ketempat yang aman!. Nimas Mertorogo, Tirtowati ikut paman Kontal. Aku titip
anakku, dugo-dugo di gowo ati-ati ojo keri
Kontal / kantil beserta rombongan pergi, kemudian datang
mahapati…………..
Adegan perang tanah lapang, beberapa pohon latar belakang
laut, pulau / batu ditengah laut musik perang, lampu kedap kedip.
Kebo anabrang
: Hayo Lawe, kita buktikan siapa yang hebat.
Ronggo lawe : Baik
Anabrang, kalau berani naik kemari.
Kebo Anabrang
: Turun kesini kau Lawe, biar tangan-tangan ini melumat tubuhmu sampai
hancur.
Ronggo lawe : dasar
manusia buaya, naik kalau kau memang laki-laki.
Kebo Anabrang
: turun kau, dasar banci.
Ronggo lawe :
buaya.
Kebo Anabrang
: banci.
Saling olok, akhirnya Kebo Anabrang tak tahan naik ke darat.
Terjadi pergumulan sengit namun Kebo Anabrang selalu kalah. Kebo Anabrang
dipukul dan ditendang ronggo lawe sampe terjun kelaut, ronggo lawe mengejar
sambil emosi terjun kelaut. Kebo anabrang kembali kekuatannya setelah masuk ke
laut.dengan mudah membekuk leher ronggo law. Dalam jepitan kebo anabrang,
ronggo lawe m,eryap kakinya menginjak pulau atau batu. Sampe kaki diatas
jepitan keboanbrang semakin kuat, saat ronggo lawe meregam nyawa dan muncul
gajah suro.
Gajah suro :
anabrang!!!!!!!
Komentar
Posting Komentar